Dinsdag 12 Maart 2013

Cara Budidaya Belut


Cara Budidaya Belut


Budidaya belut tidak sesulit seperti budidaya ikan, baik sebagai ikan peliharaan maupun sebagai ikan ternak. Masalah penting dalam budidaya belut adalah terdapat pada masih sulitnya pengadaan benih atau penyediaan bibit. Kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari alam atau membeli di tempat pembibitan. Pembibitan belut secara buatan sampai sekarang belum terdapat di Indonesia, sehingga penyediaan benih atau bibit secara langsung masih tergantung pada keberadaan belut di alam.
Langkah-langkah yang perlu dicermati dalam budidaya belut adalah:



A. Persyaratan Lokasi




  1. Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.

  2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

  3. Suhu udara optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31°C.

  4. Prinsipnya kondisi perairan adalah air harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit atau benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
B. Bahan yang diperlukan
Sediakan wadah yang kedap air yang terbuat dari bak beton, batu bata, bambu semen atau ferrocement, drum atau bahan lain yang memungkinkan. Ukuran bak dapat bervariasi, tergantung kebutuhan. Misalnya saja 2 x1 x 1 meter. Dalamnya bak yang baik antara 0,8 – 1 meter, sedangkan minimumnya 0,60 meter.


Bahan dan alat yang diperlukan adalah:
1. Tanah yang berstruktur lumpur, persis seperti tanah sawah.
2. Jerami
3. Pelapah pisang
4. Bambu
5. Pupuk kandang (kuda, sapi, kerbau, dsb.)
6. Air
7. Cangkul, parang,
C. Media Budidaya
Mula-mula dasar bak diisi tanah lumpur setebal 10 cm, kemudian di atasnya ditaruh jerami yang sudah lapuk setebal 10 cm. Lapisan selanjutnya adalah pelepah pohon pisang yang sudah layu dipotong-potong setebal 10 cm. Kemudian diberi pupuk kandang setebal 10 cm sebagai lapisan ketiga. Pupuk yang dipakai sebaiknya yang sudah jadi. Taburkan lagi di atasnya tanah lumpur setebal 5 cm secara merata. Lapisan paling atas dibentuk miring, sehingga bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian saja. Bagian yang tidak terendam air adalah tempat bertelur belut. Ketebalan lapisan keseluruhan sebaiknya 50-60 cm.
Skema kolam budidaya belut dapat dilihat sebagai berikut:

D. Kolam Budidaya

Kolam budidaya belut tidak perlu luas. Cukup dibangun antara 10-20 meter persegi saja. Sebelum kolam dipergunakan, dasar-dasar tepian kolam sebaiknya dicangkul dulu selebar satu meter dari pematang agar nantinya mudah membentuk lumpur. Perlumpuran akan mempermudah belut mengali lubang perkawinan. Tapi sebelum peternakan ini diairi, terlebih dahulu harus diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 30 kg untuk kolam seluas 10 meter persegi.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan yang kedap guna menghindari kepergian belut dari kolam. Air dialirkan sampai kedalaman 20 cm di bagian terdalam, dan 15 cm di bagian terdangkal. Sehingga wujud kolam seperti sawah. Lumpur yang harus dibentuk, paling dangkal 15 cm atau lebih, karena dalam masa perkawinan belut jantan suka menggali lubang 10 cm ke bawah lalu membengkok lurus datar, selanjutnya kembali ke atas. Lubang perkawinan ini akan berbentuk huruf “U”. Pastikan air yang menggenangi kolam selalu dalam keadaan mengalir.

Gunakanlah air tawar yang tidak mengandung soda (bekas sabun, deterjen), tidak mengandung racun (pestisida) atau minyak. Contohnya air sungai, air ledeng, dan air sisa dapur yang tidak mengandung sabun.



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking